Farmasetika 1 (Pil)

Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat (FI III, 1979 : 23)
Pil adalah sediaan kecil, berbentuk bulat atau bulat telur untuk pemakaian dalam (Eric W. Martin, 1971 : 802)
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat (Moh. Anief, 2008 : 80)
Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil yang beratnya kira – kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli (Moh. Anief, 2008 : 80)
Adapun komposisi dari pil yaitu :
1.     Zat aktif
2.    Zat Tambahan
§  Zat pengisi (akar manis atau bahan lain yang cocok
§  Zat pengikat (Sari akar manis, Gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut, atau bahan lain yang cocok)
§  Zat pembasah (Air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok)
§  Zat penabur (Likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok)
§  Zat penyalut (Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok) (FI Ed III, 1979 : 23)
Pembuatan pil memiliki banyak keuntungan yaitu :
§  Menutupi rasa obat yang tidak enak
§  Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang mudah bereaksi dengan udara dan cahaya
§  Baik untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang lambat

Tak ada yang sempurna, begitu juga dengan pembuatan pil. Pil memiliki beberapa kerugian yaitu sebagai berikut :
§  Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat
§  Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi lambung

Menurut Farmakope Indonesia, persyaratan pil yaitu :
§  Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi dalam usus halus
§  Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata – rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata – rata, adalah :
Bobot rata
Penyimpanan terbesar terhadap bobot rata – rata yang diperbolehkan
18 pil                                       2 pil
100 mg sampai 250 mg
           10%                                        20 %
251 mg sampai 500 mg
          7,5%                                       15 %

§  Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compessi yaitu dalam air 36o – 38o  selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut. Sedang untuk pil bersalut enterik, direndam dulu dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, lalu dipindahkan dalam larutan dapar PH 6,8 suhu      36o – 38o , maka dalam 60 menit pengujian pil sudah hancur
Berdasarkan komposisi pil di atas, terdapat beberapa zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan pil, yaitu :

1)    Zat Pengisi
Sebaiknya pengisi yang dipilih Radix Liquiritiae terutama pada pil-pil yang jumlah zatnya sedikit. Jika ada Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat, banyaknya Radix Liquiritiae sekurang-kurangnya dua kali dari Succus Liquiritiae. Radix Liquiritiae merupakan suatu zat pengisi yang baik sekali, lebih baik daripada serbuk tumbuh-tumbuhan manapun, karena Radix Liquiritiae memberikan memberikan suatu massa pil yang kenyal, yang jika dibuat dengan sejumlah zat pengikat yang tepat akan mudah pecah di lambung (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009 : 7)
2)   Zat Pengikat
Biasanya dipakai Succus Liquiritiae dan jumlahnya pada umumnya 2 g untuk 60 pil. Jumlah ini selalu cukup untuk jumlah zat aktif yang sedikit, tetapi untuk jumlah zat aktif yang besar, dibutuhkan jumlah Succus Liquiritiae yang lebih banyak tergantung dari sifat obat yang dibuat massa pil. Pada pembuatan massa pil, kedalam campuran obat Radix Liquiritiae dan Succus Liquiritiae harus ditambahkan suatu cairan supaya dapat diperoleh suatu massa yang homogen yang dapat dikepal. Biasanya dipakai air tetapi lebih tepat jika dipakai Aqua Glyserinata yaitu suatu campuran yang sama banyak antara air dan gliserol. Pada waktu massa pil mongering, yang tertinggal hanya gliserol sehingga didapat suatu pil kering.
Untuk mencegah lengketnya massa pil pada alat pembuat pil, pada waktu menggulung dan memotongnya maka massa pil-pil ditutupi dengan zat penbur, umumnya dipakai lycopodium. (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009 : 7)
3)   Zat Pengikat
·      Pulvis Gummosus :
Adalah campuran saccharum lactis, gummi arabicum dan tragacant dalam perbandingan yang sama. Untuk zat pengikat seringkali dipakai sirup simpleks tetapi sebetulnya tidak tepatkarena dengan aqua glyserinata akan didapat suatu massa pil yang lebih baik. Untuk 60 pil diperlukan 500 mg pulvis gummosus. Kerugian dari pemakaian pulvis gummosus sebagai zat pengikat adalah pil-pil yang dibuat dengan ini akan menjadi terlalu keras dan sukar dipecah. Oleh karena itu, dianjurkan agar jangan hanya memakai pulvis gummosus saja, maka untuk pil-pil dengan zat-zat yang volumenya besar dipakai 1-1,5 g untuk tiap 60 pil.
·      Adeps Lanae dan Vaselin Album :
Pemakaian adeps lanae atau vaselin album adalah perlu dalam dua kondisi berikut:
a.    Jika bagian-bagian dari zat aktif obat, bereaksi satu sama lainnya, misalnya campuran dari suatu asam dengan suatu hidrogenkarbonat (contohnya meditren, aspirin, hidrogenkarbonat dan sebagainya).
b.   Jika zat aktif obat-obat terurai oleh air, disamping glikosida yang berkhasiat, folia digitalis mengandung juga fermen-fermen yang menguraikan glikosida. Untuk mencegah penguraian ini, maka pil-pil dengan folia digitalis dibuat (Modul Praktikum Farmasetika 1,       2009 : 7).

Adapun tahap – tahap pembuatan pil yaitu :
1.   Pembuatan massa pil ;
a.    Tentukan bobot untuk pil.
b.   Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah dan sifat aktif.
c.    Campur zat aktif, pengisi, pengikat, penghancur, sesuai aturan.
d.   Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit kedalam campuran digilas kuatsampai terbentuk massa pil yang baik (elastic, tidak lengket,dimortar, dan tidak pecah digulung.
2.  Pemotongan pil.
Massa pil lalu dibentuk menjadi silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat. Sebelumnya alat pemotong diberi penabur terlebih dahulu.
3.  Pembulatan pil
Potongan massa pil dipindahkan kealat pembulat pil yang sudah diberi bahan penabur selanjutnya dibulat. Masukkan pil kewadah melalui lubang yang dan dihitung jumlahnya.
4.  Penyalutan pil
Dilakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan. (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009: 9)

0 komentar: