0 komentar

Farmasetika Dasar (Kapsul)

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tuutp dan induk. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan sepenuhnya, yang mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan. Penutupan sempurna juga dapat dicapai dengan penggabungan bagian tutup dan induk dengan cara pemanasan langsung atau penggunaan energi ultrasonik.
Kapsul gelatin keras yang diisi di pabrik dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu prose dimana pelapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih diseluruh bagian perlekatan bagian tutup dan induk atau dengan proses pelekatan dengan menggunakan cairan, yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan campuran air-alhkohol yang akan merembes ke dalam rongga bagian kapsul tutup dan induk yang saling tumpang tindih, kemudian dikeringkan. Kapsul cangkang keras yang terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk. Karena kedua bagian tersebut tidak melekat dengan baik, maka bagian-bagian tersebut tidak melekat denagn baik, maka bagian-bagian tersebut dilekatkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari pemisahan.
Pelekatan kapsul gelatin cangkang keras dengan cairan atau pelekatan dengan cairan pada kapsul pati cangkang keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar dibuka tanpa kerusakan nyata dan eningkatkan stabilitas isi kapsul dengan membatsi masuknya oksige. Kapsul bercangkang keras yang diisi di pabrik sering mempunyai warna dan bentuk bebeda atau diberi tanda untun mengetahui identitas pabrik. Pada kapsul seperti ini dapat dicantumkan jumlah zat aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak secara aksial atau radial.
Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses dengan cara mencelup pin ke dalam larutan gelatin, kemudian lapisan gelati dikeringkan, dirapikan dan dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan tutup dilekatkan. Kapsul pati dibuat dengan mencetak campuran pati dan air, kemudian kapsul dikeringkan. Gunakan cetakan terpisah untuk bagian tutup dan induk kapsul dan kedua bagian ini dibuat secara terpisah. Kapsul kosong disimpan dalam wadah tertutup rapat sampai kapsul diisi. Karena gelatin bersal dari hewan dan pati berasal dari tanaman, maka kpasul ini sebaiknya terlindung dari pencemaran yang potensial atau kontaminasi mikroba.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atu granul. Butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik.
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai membutuhkan metode skala besar. Cangkang gelatin lunak sedikit lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol seperti sorbital atau gliserin. Perbandingan bahan plastisasi kering terhadap gelatin kering menentukan kekerasan cangkang dan dapat diubah untuk penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan juga sifat isi kapsul. Seperti cangkang keras, komposisi cangkang dapat mengandung pigmen atau pewarna yang diizinkan, bahan opak seperti titanium dioksida dan pengawet. Bahan pengharum dapat ditambahkan, selain sukrosa hingga 5% dapat dimasukkan sebagai pemanis dan untuk menghasilakn cangkang yang dapat dikunyah.

0 komentar

Farmasetika Dasar (Linimentum)

Menurut FN ed.II;325, linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental,mengandung analgetikum dan zat yang mengandung sifat rubefasien, melemaskan otot atau menghangatkan; digunakan sebagai obat luar.
Linimentum analgetik dan linimentum yang melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit dengan mengoleskan pada kulit menggunakan kain flanel atau bahan lain yang cocok; linimentum yang menghangatkan digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan sambil memijat dan mengurut.
Penyimpanan : dalam botol berwarna bermulut kecil, ditempat sejuk.

Catatan
  1. Pada etiket harus juga tertera ; “Obat luar”
  2. Linimentum tidak digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.

Dalam buku Ilmu Resep;62
      Linimentum adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefasien, melemaskan otot dan menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.

Pembuatan :
                  1. Mencampurkan seperti pada pembuatan salep.
                         Contoh : Linimen Gondopuro.(F.N)
                  2. Dengan penyabunan (terjadi penyabunan)
                         Contoh : Linimen Amonia.(F.N.)
                                        Lotio benzil benzoas.(F.N)
                  3. Terbentuk dari emulsi
                         Contoh : Peruvianum Emulsi I (F.N)
                                        Peruvianum Emulsun II (F.N)

Adapun keuntungan liniment adalah:
  1. Zat yang ditambahkan padanya   diresorbsi lebih cepat.
  2. Mudah dicuci dan sangat baik untuk pemakaian pada kulit yang lembut.

0 komentar

Farmasetika 1 (Pil)

Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat (FI III, 1979 : 23)
Pil adalah sediaan kecil, berbentuk bulat atau bulat telur untuk pemakaian dalam (Eric W. Martin, 1971 : 802)
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat (Moh. Anief, 2008 : 80)
Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil yang beratnya kira – kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli (Moh. Anief, 2008 : 80)
Adapun komposisi dari pil yaitu :
1.     Zat aktif
2.    Zat Tambahan
§  Zat pengisi (akar manis atau bahan lain yang cocok
§  Zat pengikat (Sari akar manis, Gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut, atau bahan lain yang cocok)
§  Zat pembasah (Air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok)
§  Zat penabur (Likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok)
§  Zat penyalut (Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok) (FI Ed III, 1979 : 23)
Pembuatan pil memiliki banyak keuntungan yaitu :
§  Menutupi rasa obat yang tidak enak
§  Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang mudah bereaksi dengan udara dan cahaya
§  Baik untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang lambat

Tak ada yang sempurna, begitu juga dengan pembuatan pil. Pil memiliki beberapa kerugian yaitu sebagai berikut :
§  Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat
§  Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi lambung

Menurut Farmakope Indonesia, persyaratan pil yaitu :
§  Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi dalam usus halus
§  Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata – rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata – rata, adalah :
Bobot rata
Penyimpanan terbesar terhadap bobot rata – rata yang diperbolehkan
18 pil                                       2 pil
100 mg sampai 250 mg
           10%                                        20 %
251 mg sampai 500 mg
          7,5%                                       15 %

§  Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compessi yaitu dalam air 36o – 38o  selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut. Sedang untuk pil bersalut enterik, direndam dulu dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, lalu dipindahkan dalam larutan dapar PH 6,8 suhu      36o – 38o , maka dalam 60 menit pengujian pil sudah hancur
Berdasarkan komposisi pil di atas, terdapat beberapa zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan pil, yaitu :

1)    Zat Pengisi
Sebaiknya pengisi yang dipilih Radix Liquiritiae terutama pada pil-pil yang jumlah zatnya sedikit. Jika ada Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat, banyaknya Radix Liquiritiae sekurang-kurangnya dua kali dari Succus Liquiritiae. Radix Liquiritiae merupakan suatu zat pengisi yang baik sekali, lebih baik daripada serbuk tumbuh-tumbuhan manapun, karena Radix Liquiritiae memberikan memberikan suatu massa pil yang kenyal, yang jika dibuat dengan sejumlah zat pengikat yang tepat akan mudah pecah di lambung (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009 : 7)
2)   Zat Pengikat
Biasanya dipakai Succus Liquiritiae dan jumlahnya pada umumnya 2 g untuk 60 pil. Jumlah ini selalu cukup untuk jumlah zat aktif yang sedikit, tetapi untuk jumlah zat aktif yang besar, dibutuhkan jumlah Succus Liquiritiae yang lebih banyak tergantung dari sifat obat yang dibuat massa pil. Pada pembuatan massa pil, kedalam campuran obat Radix Liquiritiae dan Succus Liquiritiae harus ditambahkan suatu cairan supaya dapat diperoleh suatu massa yang homogen yang dapat dikepal. Biasanya dipakai air tetapi lebih tepat jika dipakai Aqua Glyserinata yaitu suatu campuran yang sama banyak antara air dan gliserol. Pada waktu massa pil mongering, yang tertinggal hanya gliserol sehingga didapat suatu pil kering.
Untuk mencegah lengketnya massa pil pada alat pembuat pil, pada waktu menggulung dan memotongnya maka massa pil-pil ditutupi dengan zat penbur, umumnya dipakai lycopodium. (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009 : 7)
3)   Zat Pengikat
·      Pulvis Gummosus :
Adalah campuran saccharum lactis, gummi arabicum dan tragacant dalam perbandingan yang sama. Untuk zat pengikat seringkali dipakai sirup simpleks tetapi sebetulnya tidak tepatkarena dengan aqua glyserinata akan didapat suatu massa pil yang lebih baik. Untuk 60 pil diperlukan 500 mg pulvis gummosus. Kerugian dari pemakaian pulvis gummosus sebagai zat pengikat adalah pil-pil yang dibuat dengan ini akan menjadi terlalu keras dan sukar dipecah. Oleh karena itu, dianjurkan agar jangan hanya memakai pulvis gummosus saja, maka untuk pil-pil dengan zat-zat yang volumenya besar dipakai 1-1,5 g untuk tiap 60 pil.
·      Adeps Lanae dan Vaselin Album :
Pemakaian adeps lanae atau vaselin album adalah perlu dalam dua kondisi berikut:
a.    Jika bagian-bagian dari zat aktif obat, bereaksi satu sama lainnya, misalnya campuran dari suatu asam dengan suatu hidrogenkarbonat (contohnya meditren, aspirin, hidrogenkarbonat dan sebagainya).
b.   Jika zat aktif obat-obat terurai oleh air, disamping glikosida yang berkhasiat, folia digitalis mengandung juga fermen-fermen yang menguraikan glikosida. Untuk mencegah penguraian ini, maka pil-pil dengan folia digitalis dibuat (Modul Praktikum Farmasetika 1,       2009 : 7).

Adapun tahap – tahap pembuatan pil yaitu :
1.   Pembuatan massa pil ;
a.    Tentukan bobot untuk pil.
b.   Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah dan sifat aktif.
c.    Campur zat aktif, pengisi, pengikat, penghancur, sesuai aturan.
d.   Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit kedalam campuran digilas kuatsampai terbentuk massa pil yang baik (elastic, tidak lengket,dimortar, dan tidak pecah digulung.
2.  Pemotongan pil.
Massa pil lalu dibentuk menjadi silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat. Sebelumnya alat pemotong diberi penabur terlebih dahulu.
3.  Pembulatan pil
Potongan massa pil dipindahkan kealat pembulat pil yang sudah diberi bahan penabur selanjutnya dibulat. Masukkan pil kewadah melalui lubang yang dan dihitung jumlahnya.
4.  Penyalutan pil
Dilakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan. (Modul Praktikum Farmasetika 1, 2009: 9)